Rabu, 20 April 2011

Dzikrul Maut

Bismillaahirrohmaanirrohiim,
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.." (Q.S. Ali-Imron [3]: 185)

Apakah yang kita miliki saat ini sehingga merasa diri sebagai manusia paling kaya dan berharta? Siapakah manusia yang selalu menemani kita sehingga kita merasa diri sebagai manusia paling disukai? Apa sajakah yang kita bisa melakukannya sehingga kita merasa sebagai manusia sempurna? Dan, kemanakah kita biasa pergi sehingga kita merasa sebagai manusia paling berkuasa?

Manusia hidup di muka bumi ini tidaklah akan kekal abadi, tidak akan hidup selamanya. Harta dan kekayaan akan kita tinggalkan atau akan meninggalkan kita. Orang yang terdekat dengan kita, akan meninggalkan atau kita tinggalkan. Kemampuan kita dengan sendirinya akan berkurang, dan hilang dari raga kita. Dan akhirnya, saat ajal siap menjemput, tidak ada satu tempatpun yang dapat kita singgahi untuk berlindung, walau hany beberapa saat.

MATI.. Itulah yang akan kita jelang. Lambat laun namun pasti, Kematian akan datang menjelang. Izro'il yang ALLOH ciptakan untuk mendekati kita di saat waktu usia kita habis. Tanpa kenal kompromi, tanpa kenal siapapun yang didatanginya, dengan cepat dan tepat serta pasti, NYAWA keluar dari raga ini meninggalkan apapun yang melekat pada jasad kita. Apapun jalan yang ditempuh untuk menuju kematian tersebut, tetaplah hal tersebut proses alamiah dari lepasnya Nyawa dari raga ini.

Anak, Istri, Harta Kekayaan, Sanak saudara, dan handai Taulan akan kita tinggalkan untuk menemui suatu kepastian dalam QudrotNYA. Lepasnya nyawa dari raga ini hanyalah sebuah proses menuju keabadian. Kematian hanyalah gerbang menuju kehidupan selanjutnya, Kehidupan BARZAKH (KUBUR). Kematian hanyalah sebuah langkah penantian untuk kebangkitan hari pembalasan.

 Anak dan istri serta keluarga yang ditinggal hanya bisa meratapi dan menangis, tanpa bisa melakukan apapun untuk kita. Hanyalah tangisan dan ratapan yang dapat kita dengar tanpa dapat kita lerai dan hentikan tangisan itu. Karena tangan ini tidak dapat menghapus air mata yang menangis, mulut ini tidak kuasa menenangkan suara tangisan yang menangis. Dan mata ini tidak kuasa untuk menatap lirih tangisan yang keluar dari semua yang menangis. Raga ini hanya terbujur kaku tanpa sedikitpun gerakan. Raga ini yang dahulu kala kuat dan perkasa, kini hanya terbujur kaku tanpa kuasa apapun.

Raga ini tidak kuasa berbuat apapun ketika banyak orang yang memandikan. Raga ini tidak kuasa apapun saat kita dibajukan dengan kain kafan. Raga ini tidak kuasa ketika banyak orang mengangkat dalam keranda mayat untuk di bawa ke tempat peristirahatan selanjutnya, yakni KUBURAN...

Raga ini pun tak kuasa ketika semua orang membuang kita ke dalam sebuah lubang berukuran sekitar 2x1 meter. Dan raga ini tak kuasa ketika semua orang menutupnya dengan gundukan tanah hingga terbenam dan terus dipadatkan. Serta, raga ini tidak kuasa ketika semua orang meninggalkannya sendiri dalam kegelapan. Hanyalah gundukan dan batu nisan yang menandakan bahwa kita pernah hidup di alam dunia yang fana ini.


Lantas setelah kita mengetahuinya, apa yang dapat kita perbuat untuk menjalani proses alamiah kehidupan ini? Persiapkanlah bekal harta kekayaan kita dengan perbanyak sedekah dan amal jariyah. Bekali keluarga kita dengan Ilmu Islam sebagai ladang pahala dan kebaikan di sisi ALLOH. Perbanyaklah amal sholeh untuk bekal kebaikan kita di kehidupan selanjutnya. Biasakanlah mengunjungi majelis-majelis Ilmu untuk meraup kebahagiaan dari Ilmu dan kunjungilah sanak keluarga dan handai taulan dalam niat Silaturrohim. Sehingga harta kekayaan kita, orang terdekat kita, kemampuan yang kita miliki, dan tempat-tempat yang kita kunjungi akan memberikan kebahagiaan untuk kita ketika kita hanya sendiri dalam kegelapan dipendam Bumi.

Alhamdulillah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar