RSS

Rabu, 22 Februari 2012

5 (Lima) Syarat Diperbolehkannya berlaku Maksiyat

Bismillaahirrohmaanirrohiim
 
Bila kita hendak berlaku maksiyat, silahkan saja, namun sebelumnya harap membaca penggalan kisah di bawah ini :
 
Pada suatu hari Ibrahim bin Adham didatangi oleh seorang lelaki yang gemar melakukan maksiat. Lelaki tersebut bernama Jahdar bin Rabi'ah. Ia meminta nasehat kepada Ibrahim agar ia dapat menghentikan perbuatan maksiatnya.

Ia berkata, "Ya Aba Ishak, aku ini seorang yang suka melakukan perbuatan maksiat. Tolong berikan aku cara yang ampuh untuk menghentikannya!"

Setelah merenung sejenak, Ibrahim berkata, "Jika kau mampu melaksanakan lima syarat yang kuajukan, aku tidak keberatan kau berbuat dosa."

Tentu saja dengan penuh rasa ingin tahu yang besar Jahdar balik bertanya, "Apa saja syarat-syarat itu, ya Aba Ishak?"

"Syarat pertama, jika engkau melaksanakan perbuatan maksiat, janganlah kau memakan rezeki Allah," ucap Ibrahim.

Jahdar mengernyitkan dahinya lalu berkata, "Lalu aku makan dari mana? Bukankah segala sesuatu yang berada di bumi ini adalah rezeki Allah?"

"Benar," jawab Ibrahim dengan tegas. "Bila engkau telah mengetahuinya, masih pantaskah engkau memakan rezeki-Nya, sementara Kau terus-menerus melakukan maksiat dan melanggar perintah-perintahnya?"

"Baiklah," jawab Jahdar tampak menyerah. "Kemudian apa syarat yang kedua?"

"Kalau kau bermaksiat kepada Allah, janganlah kau tinggal di bumi-Nya," kata Ibrahim lebih tegas lagi.

Syarat kedua membuat Jahdar lebih kaget lagi. "Apa? Syarat ini lebih hebat lagi. Lalu aku harus tinggal di mana? Bukankah bumi dengan segala isinya ini milik Allah?"

"Benar wahai hamba Allah. Karena itu, pikirkanlah baik-baik, apakah kau masih pantas memakan rezeki-Nya dan tinggal di bumi-Nya, sementara kau terus berbuat maksiat?" tanya Ibrahim.

"Kau benar Aba Ishak," ucap Jahdar kemudian. "Lalu apa syarat ketiga?" tanya Jahdar dengan penasaran.

"Kalau kau masih bermaksiat kepada Allah, tetapi masih ingin memakan rezeki-Nya dan tinggal di bumi-Nya, maka carilah tempar bersembunyi dari-Nya."

Syarat ini membuat lelaki itu terkesima. "Ya Aba Ishak, nasihat macam apa semua ini? Mana mungkin Allah tidak melihat kita?"

"Bagus! Kalau kau yakin Allah selalu melihat kita, tetapi kau masih terus memakan rezeki-Nya, tinggal di bumi-Nya, dan terus melakukan maksiat kepada-Nya, pantaskah kau melakukan semua itu?" tanya Ibrahin kepada Jahdar yang masih tampak bingung dan terkesima. Semua ucapan itu membuat Jahdar bin Rabi'ah tidak berkutik dan membenarkannya.

"Baiklah, ya Aba Ishak, lalu katakan sekarang apa syarat keempat?"

"Jika malaikat maut hendak mencabut nyawamu, katakanlah kepadanya bahwa engkau belum mau mati sebelum bertaubat dan melakukan amal saleh."

Jahdar termenung. Tampaknya ia mulai menyadari semua perbuatan yang dilakukannya selama ini. Ia kemudian berkata, "Tidak mungkin... tidak mungkin semua itu aku lakukan."

"Wahai hamba Allah, bila kau tidak sanggup mengundurkan hari kematianmu, lalu dengan cara apa kau dapat menghindari murka Allah?"

Tanpa banyak komentar lagi, ia bertanya syarat yang kelima, yang merupakan syarat terakhir. Ibrahim bin Adham untuk kesekian kalinya memberi nasihat kepada lelaki itu.

"Yang terakhir, bila malaikat Zabaniyah hendak menggiringmu ke neraka di hari kiamat nanti, janganlah kau bersedia ikut dengannya dan menjauhlah!"

Lelaki itu nampaknya tidak sanggup lagi mendengar nasihatnya. Ia menangis penuh penyesalan. Dengan wajah penuh sesal ia berkata, "Cukup…cukup ya Aba Ishak! Jangan kau teruskan lagi. Aku tidak sanggup lagi mendengarnya. Aku berjanji, mulai saat ini aku akan beristighfar dan bertaubat nasuha kepada Allah."



Wallohu A'lam bil Muro'dhi..

Selasa, 17 Mei 2011

Mari Berbagi

Bismillaahirrohmaanirrohiim,

Sebenarnya, mengapa kita tidak mau memberikan sedikit ataupun banyak sesuatu yang kita miliki untuk orang lain? Apakah karena takut akan berkurangnya harta dan apa yang kita miliki? Seberapa besar keyakinanmu akan kekuasaan ALLOH? Apakah mustahil bagi ALLOH memberikan kekayaan pada siapapun yang dikehendakiNYA? Jika kita merasa yakin akan hal itu, mengapa harus ragu dan takut memberi?

Terkadang kita merasa ragu ketika memberikan sedikit apa yang kita miliki untuk orang lain. Padahal kita sendiri tahu bahwa memberi itu lebih baik daripada meminta. Bahkan lebih jauh dari itu, kita sendiri tahu bahwa dengan memberi kepada orang lain, maka hakikatnya kita menabung untuk harai akhir nanti. Tapi mengapa masih ragu untuk memberi?

Dalam Q.S. Al-Baqoroh Ayat 261, disebutkan "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Alloh adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Alloh melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Alloh Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui."

Untuk hitungan mudahnya, ketika kita memberikan seribu rupiah kepada orang yang membutuhkan, maka ALLOH akan menumbuhkan tujuh cabang, yang tiap cabangnya berisi seratus dari nilai yang kita berikan kita tuliskan dalam bentuk bilangan :
total = 7 x (100x1000); maka total = 700.000
Dari nilai 1000 yang kita shodaqohkan di jalan ALLOH, maka ALLOH akan menggantinya dengan nilai yang jauh lebih besar, baik itu diterima di dunia ini ataupun sebagai tabungan di akhirat kelak. Maka, apakah kita rugi dengan berbagi kepada orang lain? Selain itu, darimanakah kita memiliki harta yang dapat kita bagi kepada orang lain yang senilai seribu atau mungkin lebih? Pasti jawabannya adalah dari ALLOH. Lalu, datang dari ALLOH, dan kita bagi untuk orang lain karena ALLOH, dimanakah letak kerugian kita?

Akan tetapi, di akhir ayat tadi disebutkan bagi yang ALLOH kehendaki, siapakah mereka? Dalam ayat 264 Surat yang sama, disebutkan "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir" Dan itulah orang-orang yang pasti tidak ALLOH kehendaki.

Kemudian dalam ayat selanjutnya, disebutkan, "Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat"

Untuk itu, marilah kita berbagi kepada saudara kita yang membutuhkan, tanpa memandang siapa dia dan siapa mereka, Cukuplah ALLOH yang menjadi penentu atas apa yang kita berikan. Disaat ada orang yang membutuhkan datang meminta kepada kita, maka yakinlah bahwa ALLOH yang menggerakkan langkahnya untuk datang menemui kita. Dan itu berarti ALLOH MAHA TAHU bahwa kita dapat membantunya.

Selain itu saudaraku, selain harta yang dapat kita bagi, Do'a pun memiliki nilai yang sama, baik ataupun buruknya do'a yang kita berikan kepada orang lain, maka hakikatnya akan kembali kepada kita sendiri. Untuk itu, janganlah merasa rugi untuk mendo'akan yang terbaik untuk saudara kita. Do'a yang ikhlas yang dengan keyakinan kita bahwa do'a yang kita panjatkan akan dapat menembus hijab dan langsung menuju 'Arsy, Insya ALLOH.. Aamiin...

Wallohu A'lam Bishshowwab..
Wassalaamu'alakum wr.wb.

Kamis, 21 April 2011

Pertanyaan Untuk para Ikhwan atas Nama Cinta

Bismillaahirrohmaanirrohiim,

"Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya." (Q.S. An-Nisa [4] : 3)

Pernikahan merupakan sebuah Kewajiban bagi Manusia untuk melanjutkan proses keturunan. Pernikahan merupakan sebuah proses ikatan dua hati untuk bersama menghalalkan sesuatu yang pada awalnya haram. Pernikahan merupakan sebuah janji sehidup semati dan saling mengisi untuk kehidupan kelak di akhirat.

Akan tetapi, mengapakah masih ada juga para akhwat yang sudah berumur namun belum menikah, dan tidak kalah banyak para ikhwan yang sudah berumum yang belum menikah. Apakah karena belum ada jodohnya..??? Menurut ane pendapat tersebut kurang tepat, karena jodoh seseorang telah ditentukan sebelum manusia itu lahir ke muka bumi. Namun kita lah yang belum memiliki keberanian untuk menemukan jodoh kita tersebut.

Para ikhwan, ada beberapa cara untuk menemukan jodoh kita, silahkan untuk dibaca, barangkali ada yang berkenan...

1. Ketika antum berjalan-jalan, dan bertemu dengan seorang akhwat yang menurut antum cocok untuk anda, maka menepi dan sapalah akhwat tersebut, "Assalaamu'alaykum Ukhti, apakah anti jodoh saya..???"
2. Jadikan ajang silaturrahim untuk menemukan jodoh antum, temui saudara, sahabat dan kerabat anda, kemudian tanyakan kepadanya, "Apakah ada jodoh yang cocok untukku di sini..???"
3. Sering-seringlah berkunjung ke Majelis-majelis Ilmu untuk menguatkan keimananmu, dan di akhir acara, beranikan diri antum untuk berbicara dimuka, "Apakah diantara akhwat ini ada yang disiapkan untuk menjadi jodohku..???"
4. Temuilah tetangga-tetangga antum di sekitar rumah anda, kemudian tanyakan, "Apakah boleh jika saya menikahi putri Bapak..???"

Dan masih banyak lagi cara untuk menjemput jodoh antum, semakin antum berani, semakin cepat jodoh itu akan datang, karena sesungguhnya masih banyak akhwat di sana yang menantikan keberanian antum... Bukankah begitu wahai para ukhty..??? ^_^
Alhamdulillaahirobbil 'Alamiin.

Pertanyaan Untuk para Ukhty atas Nama Persaudaraan

Bismillaahirrohmaanirrohiim,


"Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya." (Q.S. An-Nisa [4] : 3)

Poligami selalu menjadi wacana hangat di kalangan semua orang, baik dari kaum Muslim ataupun Non Muslim. Poligami selalu dijadikan sebuah alasan untuk pelampiasan Hawa Nafsu, sehingga Poligami dipandang negatif oleh sebagian kalangan. Namun Poligami adalah sebuah solusi manusiawi yang telah ALLOH berikan untuk Manusia.

Ingatkah sejarah Siti Sarah Istri dari Bapak Para Nabi, Ibrahim 'Alaihissalam ketika mencarikan Istri untuk Suaminya yang akhirnya memilih Siti Hajar?

Ada beberapa ungkapan Akhwat kepada sahabatnya sesama akhwat mengenai langkah awal Poligami yang perlu kita simak...

Akhwat A: "Ukhty, ane mohon maaf kepada anti.. Ane mohon Izin.. Bolehkah ane menikahi suami ukhty..???"

Akhwat B: "Ukhty, ane mau menawarkan sesuatu untuk ukhty.. Sesuatu milik ane yang paling berharga.. Sesuatu yang benar-benar sulit ane lepaskan.. Tapi.. untuk persaudaraan.. Maukah ukhty menikah dengan Suami ane..???"

Dan mungkin masih banyak ungkapan lainnya dengan berbagai macam bahasa dan karakter.

Sekarang tanyakan kepada diri anti semua, yang manakah diri ukhty sebenarnya??? Apakah Akhwat A ataukah Akhwat B..??? Jika bukan keduanya, lantas.. Siapakah ukhty sebenarnya..??? ^_^

Alhamdulillaahirobbil 'Alamiin.

Rabu, 20 April 2011

KUBURAN

Bismillaahirrohmaanirrohiim,

Sendiri.. terbujur kaku dalam kegelapan. Dingin yang mencekam, hujan yang mengguyur. Raga yang sudah tidak kuasa berbuat apapun, menahan rasa dingin hanya dengan lilitan kain kafan. Dalam kegelapan, dalam kesendirian, tubuh yang kaku didatangi berbagai macam binatang bawah tanah yang sedang berbahagia dan bersiap untuk berpesta.

Mereka mendekati tubuh ini untuk mencoba mengendus. Satu.. Dua.. Tiga.. dan semakin banyak binatang itu mendekati tubuh ini untuk mengendus dan kemudian sedikit demi sedikit kulit yang menempel pada tubuh ini mulai dikulum, digigit dan dimakannya. Bagaikan daun yang hijau rapi dikerubungi ulat dan dimakannya, begitupun tubuh ini, digigit dan dimakan sedikit demi sedikit.

Dalam kegelapan, dalam kesunyian, dalam kepengapan, dalam ruang yang sempit, tubuh ini tidak berdaya ketika semua binatang itu memakan daging ini yang menjadi makanan kesukaannya.

Apa yang kita rasakan seandainya ketika kejadian itu, ALLOH berikan kesadaran pada kita untuk dapat merasakannya? Merasakan sempitnya ruang yang diberikan, merasakan pengapnya dalam timbunan tanah dan dalam kegelapan, merasakan gelinya ketika para binatang itu mendekati kita, merasakan perihnya ketika tubuh ini mulai digigit, merasakan sakitnya di saat binatang itu mencabut kulit, daging dan semua yang tadinya menempel pada raga ini.

Ketika binatang itu memakan daging tangan kita dengan asyik, teringatkah kita apa yang sudah kita perbuat dengan tangan ini? Manakah yang lebih banyak antara memberi untuk orang lain dan mengambil hak orang lain? Manakah yang lebih banyak antara membelai penuh sayang kepada orang lain dan menyiksa tanpa ampun kepada orang lain? Manakah yang lebih banyak antara memegang sesuatu yang halal dan sesuatu yang haram?

Ketika binatang itu mendekati dan memakan daging serta mata kita, teringatkah kita apa yang sudah kita perbuat dengan mata ini? Ke mana kah arah mata kita tujukan selama ini? ke Arah Tafakur Alam untuk mempelajari Kekuasaan ALLOH ataukah tafakur Aurat untuk memuaskan hawa nafsu?

Ketika binatang-binatang itu memakan bagian tubuh yang lain, apakah kita dapat mengingat dan meminta kepada ALLOH untuk dikembalikan ke Dunia ini walau hanya sesaat? Kelak manusia akan merengek dan meminta untuk dikembalikan ke dunia ini walau hanya sesaat. Namun, ketika Ajal itu sudah menjelang, tidak ada sedikitpun waktu yang bisa ditangguhkan.

Untuk itu, di saat ajal yang belum terlihat, di akhir kita menjelang tutup usia, di sisa-sisa usia kita, gunakanlah tangan ini untuk lebih bisa memberi daripada mengambil hak orang lain. Tangan ini lebih banyak membelai penuh rasa sayang daripada menyiksa tanpa belas kasihan. Mata ini lebih digunakan untuk Tafakur Alam mempelajari kekuasaan ALLOH daripada Tafakur Aurat untuk nafsu semata. Gunakan semua organ tubuh ini untuk lebih dekat dan mengenal ALLOH.

"Tiap-tiap umat mempunyai ajal; maka apabila telah datang ajalnya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya".(Q.S. Al-A'raaf [07]:34)

Alhamdulillaahirobbil 'Aalamiin..

Dzikrul Maut

Bismillaahirrohmaanirrohiim,
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.." (Q.S. Ali-Imron [3]: 185)

Apakah yang kita miliki saat ini sehingga merasa diri sebagai manusia paling kaya dan berharta? Siapakah manusia yang selalu menemani kita sehingga kita merasa diri sebagai manusia paling disukai? Apa sajakah yang kita bisa melakukannya sehingga kita merasa sebagai manusia sempurna? Dan, kemanakah kita biasa pergi sehingga kita merasa sebagai manusia paling berkuasa?

Manusia hidup di muka bumi ini tidaklah akan kekal abadi, tidak akan hidup selamanya. Harta dan kekayaan akan kita tinggalkan atau akan meninggalkan kita. Orang yang terdekat dengan kita, akan meninggalkan atau kita tinggalkan. Kemampuan kita dengan sendirinya akan berkurang, dan hilang dari raga kita. Dan akhirnya, saat ajal siap menjemput, tidak ada satu tempatpun yang dapat kita singgahi untuk berlindung, walau hany beberapa saat.

MATI.. Itulah yang akan kita jelang. Lambat laun namun pasti, Kematian akan datang menjelang. Izro'il yang ALLOH ciptakan untuk mendekati kita di saat waktu usia kita habis. Tanpa kenal kompromi, tanpa kenal siapapun yang didatanginya, dengan cepat dan tepat serta pasti, NYAWA keluar dari raga ini meninggalkan apapun yang melekat pada jasad kita. Apapun jalan yang ditempuh untuk menuju kematian tersebut, tetaplah hal tersebut proses alamiah dari lepasnya Nyawa dari raga ini.

Anak, Istri, Harta Kekayaan, Sanak saudara, dan handai Taulan akan kita tinggalkan untuk menemui suatu kepastian dalam QudrotNYA. Lepasnya nyawa dari raga ini hanyalah sebuah proses menuju keabadian. Kematian hanyalah gerbang menuju kehidupan selanjutnya, Kehidupan BARZAKH (KUBUR). Kematian hanyalah sebuah langkah penantian untuk kebangkitan hari pembalasan.

 Anak dan istri serta keluarga yang ditinggal hanya bisa meratapi dan menangis, tanpa bisa melakukan apapun untuk kita. Hanyalah tangisan dan ratapan yang dapat kita dengar tanpa dapat kita lerai dan hentikan tangisan itu. Karena tangan ini tidak dapat menghapus air mata yang menangis, mulut ini tidak kuasa menenangkan suara tangisan yang menangis. Dan mata ini tidak kuasa untuk menatap lirih tangisan yang keluar dari semua yang menangis. Raga ini hanya terbujur kaku tanpa sedikitpun gerakan. Raga ini yang dahulu kala kuat dan perkasa, kini hanya terbujur kaku tanpa kuasa apapun.

Raga ini tidak kuasa berbuat apapun ketika banyak orang yang memandikan. Raga ini tidak kuasa apapun saat kita dibajukan dengan kain kafan. Raga ini tidak kuasa ketika banyak orang mengangkat dalam keranda mayat untuk di bawa ke tempat peristirahatan selanjutnya, yakni KUBURAN...

Raga ini pun tak kuasa ketika semua orang membuang kita ke dalam sebuah lubang berukuran sekitar 2x1 meter. Dan raga ini tak kuasa ketika semua orang menutupnya dengan gundukan tanah hingga terbenam dan terus dipadatkan. Serta, raga ini tidak kuasa ketika semua orang meninggalkannya sendiri dalam kegelapan. Hanyalah gundukan dan batu nisan yang menandakan bahwa kita pernah hidup di alam dunia yang fana ini.


Lantas setelah kita mengetahuinya, apa yang dapat kita perbuat untuk menjalani proses alamiah kehidupan ini? Persiapkanlah bekal harta kekayaan kita dengan perbanyak sedekah dan amal jariyah. Bekali keluarga kita dengan Ilmu Islam sebagai ladang pahala dan kebaikan di sisi ALLOH. Perbanyaklah amal sholeh untuk bekal kebaikan kita di kehidupan selanjutnya. Biasakanlah mengunjungi majelis-majelis Ilmu untuk meraup kebahagiaan dari Ilmu dan kunjungilah sanak keluarga dan handai taulan dalam niat Silaturrohim. Sehingga harta kekayaan kita, orang terdekat kita, kemampuan yang kita miliki, dan tempat-tempat yang kita kunjungi akan memberikan kebahagiaan untuk kita ketika kita hanya sendiri dalam kegelapan dipendam Bumi.

Alhamdulillah.