Selasa, 17 Mei 2011

Mari Berbagi

Bismillaahirrohmaanirrohiim,

Sebenarnya, mengapa kita tidak mau memberikan sedikit ataupun banyak sesuatu yang kita miliki untuk orang lain? Apakah karena takut akan berkurangnya harta dan apa yang kita miliki? Seberapa besar keyakinanmu akan kekuasaan ALLOH? Apakah mustahil bagi ALLOH memberikan kekayaan pada siapapun yang dikehendakiNYA? Jika kita merasa yakin akan hal itu, mengapa harus ragu dan takut memberi?

Terkadang kita merasa ragu ketika memberikan sedikit apa yang kita miliki untuk orang lain. Padahal kita sendiri tahu bahwa memberi itu lebih baik daripada meminta. Bahkan lebih jauh dari itu, kita sendiri tahu bahwa dengan memberi kepada orang lain, maka hakikatnya kita menabung untuk harai akhir nanti. Tapi mengapa masih ragu untuk memberi?

Dalam Q.S. Al-Baqoroh Ayat 261, disebutkan "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Alloh adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Alloh melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Alloh Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui."

Untuk hitungan mudahnya, ketika kita memberikan seribu rupiah kepada orang yang membutuhkan, maka ALLOH akan menumbuhkan tujuh cabang, yang tiap cabangnya berisi seratus dari nilai yang kita berikan kita tuliskan dalam bentuk bilangan :
total = 7 x (100x1000); maka total = 700.000
Dari nilai 1000 yang kita shodaqohkan di jalan ALLOH, maka ALLOH akan menggantinya dengan nilai yang jauh lebih besar, baik itu diterima di dunia ini ataupun sebagai tabungan di akhirat kelak. Maka, apakah kita rugi dengan berbagi kepada orang lain? Selain itu, darimanakah kita memiliki harta yang dapat kita bagi kepada orang lain yang senilai seribu atau mungkin lebih? Pasti jawabannya adalah dari ALLOH. Lalu, datang dari ALLOH, dan kita bagi untuk orang lain karena ALLOH, dimanakah letak kerugian kita?

Akan tetapi, di akhir ayat tadi disebutkan bagi yang ALLOH kehendaki, siapakah mereka? Dalam ayat 264 Surat yang sama, disebutkan "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir" Dan itulah orang-orang yang pasti tidak ALLOH kehendaki.

Kemudian dalam ayat selanjutnya, disebutkan, "Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat"

Untuk itu, marilah kita berbagi kepada saudara kita yang membutuhkan, tanpa memandang siapa dia dan siapa mereka, Cukuplah ALLOH yang menjadi penentu atas apa yang kita berikan. Disaat ada orang yang membutuhkan datang meminta kepada kita, maka yakinlah bahwa ALLOH yang menggerakkan langkahnya untuk datang menemui kita. Dan itu berarti ALLOH MAHA TAHU bahwa kita dapat membantunya.

Selain itu saudaraku, selain harta yang dapat kita bagi, Do'a pun memiliki nilai yang sama, baik ataupun buruknya do'a yang kita berikan kepada orang lain, maka hakikatnya akan kembali kepada kita sendiri. Untuk itu, janganlah merasa rugi untuk mendo'akan yang terbaik untuk saudara kita. Do'a yang ikhlas yang dengan keyakinan kita bahwa do'a yang kita panjatkan akan dapat menembus hijab dan langsung menuju 'Arsy, Insya ALLOH.. Aamiin...

Wallohu A'lam Bishshowwab..
Wassalaamu'alakum wr.wb.